Pada tanggal 13 sampai 16 Mei 2010 yang lalu, PALADA kembali
mengadakan perjalanan yang menegangkan sekaligus menyenangkan. Krakatau
adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda
antara pulau Jawa dan Sumatra. Indahnya pulau dan gunung ini telah
terlihat ketika kami masih berada di tengah laut. Dalam perjalanan ke
Krakatau, akses yang paling sering dikunjungi adalah pulau Sebesi
karena dari Sebesi ke Krakatau hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam
dengan mengendarai perahu kayu dibantu tenaga mesin. Banyak wisatawan
yang berkunjung dan bermalam di pulau Sebesi sebelum menuju Krakatau.
Perjalanan ini dimulai dari sekretariat PALADA (13/5) menuju ujung pulau Jawa, yaitu pelabuhan Merak. Namun sebelumnya, kami menyempatkan diri untuk singgah ke Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (FT), Cilegon. Awalnya kami yang hanya ber-11, kemudian akhirnya ditemani oleh 2 teman dari Mahasiswa Pecinta Alam (MPA) universitas tersebut, yaitu MPA KRAKATAU. Tak berhenti sampai pelabuhan Merak, kami ber-13 menaiki kapal feri menyebrangi selat menuju Pelabuhan Canti, Lampung Selatan (14/5). Dari Canti, kami masih harus menyebrangi lautan mengendarai perahu kayu (dibantu tenaga mesin) dengan bahan bakar minyak ke pulau Sebesi.
Pulau Sebesi telah dipercayai sebagai pulau yang melestarikan
terumbu karang, bahkan menjadi salah satu objek wisata yang menarik
para wisatawan, khususnya untuk snorkling. Sayangnya, penduduk
di pulau ini masih kesulitan dalam akses pendidikan, kesehatan, maupun
listrik. Beberapa daerah di pulau ini masih belum terjangkau oleh
listrik, sedangkan tempat lainnya menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU). Begitu juga dengan akses kesehatan yang hanya memiliki
sebuah puskesmas di salah satu dusun dari empat dusun yang ada.
Terlebih mengenai pendidikan, pulau Sebesi ini berlatar belakang hanya
memiliki tiga bangunan sekolah di dua dusun yang berbeda dari empat
dusun yang ada. Satu Sekolah Dasar Negeri terdapat di dusun Inpres.
Sekolah lain, SMP Swadipa dan SMA Kelautan, keduanya sekolah swasta
yang terletak di Dusun Bangunan. Data ini kami dapat dari hasil
perbincangan dengan kepala desa, Pak Herman, yang sangat ramah
menyambut kami ketika kami bermalam di pulau ini.
Keesokan harinya (15/5), tepat sesaat sebelum senja, kami berangkat menuju Krakatau. Hanya membutuhkan sekitar 15-20 menit untuk sampai ke setengah bagian dari puncak gunung ini (terlalu berbahaya jika kami mendaki hingga puncak). Sungguh indah pemandangan dari atas sana. Tak lama setelah foto-foto, langit telah gelap dan kami cepat beranjak menuju pulau Sebesi untuk bermalam lagi. Yang menegangkan adalah cuaca yang tidak diduga terjadi. Langit menurunkan hujan yang cukup deras saat kami berada di tengah laut. Perahu yang kami naiki seakan tak berhenti digoncang oleh hantaman ombak, ditambah angin kencang menyerupai badai. Bayangkan, sekitar 2,5 jam kami berada dalam kondisi seperti demikian hingga pada akhirnya kami tiba dengan keadaan basah kuyup dan kedinginan.
Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah bagi kami. Selain dapat melihat karya Tuhan dari puncak Krakatau, kami semua tetap disertai selama perjalanan. Malam itu kami akhiri dengan ikan bakar dan obrolan hangat di antara kami. Hingga keesokan harinya (16/5), kami kembali menuju rumah dengan menambah satu pengalaman menakjubkan di memori kami.
(P.068.KV)
Perjalanan ini dimulai dari sekretariat PALADA (13/5) menuju ujung pulau Jawa, yaitu pelabuhan Merak. Namun sebelumnya, kami menyempatkan diri untuk singgah ke Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (FT), Cilegon. Awalnya kami yang hanya ber-11, kemudian akhirnya ditemani oleh 2 teman dari Mahasiswa Pecinta Alam (MPA) universitas tersebut, yaitu MPA KRAKATAU. Tak berhenti sampai pelabuhan Merak, kami ber-13 menaiki kapal feri menyebrangi selat menuju Pelabuhan Canti, Lampung Selatan (14/5). Dari Canti, kami masih harus menyebrangi lautan mengendarai perahu kayu (dibantu tenaga mesin) dengan bahan bakar minyak ke pulau Sebesi.
Keesokan harinya (15/5), tepat sesaat sebelum senja, kami berangkat menuju Krakatau. Hanya membutuhkan sekitar 15-20 menit untuk sampai ke setengah bagian dari puncak gunung ini (terlalu berbahaya jika kami mendaki hingga puncak). Sungguh indah pemandangan dari atas sana. Tak lama setelah foto-foto, langit telah gelap dan kami cepat beranjak menuju pulau Sebesi untuk bermalam lagi. Yang menegangkan adalah cuaca yang tidak diduga terjadi. Langit menurunkan hujan yang cukup deras saat kami berada di tengah laut. Perahu yang kami naiki seakan tak berhenti digoncang oleh hantaman ombak, ditambah angin kencang menyerupai badai. Bayangkan, sekitar 2,5 jam kami berada dalam kondisi seperti demikian hingga pada akhirnya kami tiba dengan keadaan basah kuyup dan kedinginan.
Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah bagi kami. Selain dapat melihat karya Tuhan dari puncak Krakatau, kami semua tetap disertai selama perjalanan. Malam itu kami akhiri dengan ikan bakar dan obrolan hangat di antara kami. Hingga keesokan harinya (16/5), kami kembali menuju rumah dengan menambah satu pengalaman menakjubkan di memori kami.
(P.068.KV)
No comments: